Pramoedya
Ananta Toer atau yang akrab dipanggil Pram menjadi bagian penting dari
sejarah bangsa Indonesia. Itu bukan hanya dibangun oleh karya-karya
sastranya, namun juga melalui kisah hidupnya. Pram menggambarkan embrio
kebangsaan Indonesia melalui karya sastra yang ia tulis. Novel Arok
Dedes menggambarkan pergulatan bangsa ini di-abad 12-13, Arus Balik di
abad 16, Mangir di abad 17, dan Tetralogi Buru akhir abad-19 & awal
abad-20.
Novel Pram adalah sejarah yang difiksikan. Ia mendobrak cara pandang mistis dan tradisional dengan realisme sastra sejarah. Novel-novel tetralogi buru membentuk sebuah cerita epik revolusioner dengan keindahan estetika yang unik, memberi kontribusi intelektual dan politik dengan analisa kelas sosial. Dalam 2.000 lembar novel tetralogi buru, tidak ada satu kata pun yang menyebut “Indonesia”, padahal novel tersebut adalah tentang jejak langkah Indonesia sebagai bangsa. Bagi Max Lane “itu adalah bentuk kejeniusan dari Pram”.
Apakah Indonesia sebagai bangsa hadir dari kesinambungan masa lampau atau justru penolakan terhadap masa lampau? Bagaimana jejak langkah Indonesia sebagai bangsa? Apakah Indonesia merupakan bangsa yang paripurna atau bangsa yang belum selesai? Bagaimana Pramoedya Ananta Toer menggambarkan terbentuknya bangsa Indonesia dalam karya-karyanya? Bagaimana analisis Pram terhadap peran kasta dan kelas dalam pembentukan Indonesia sebagai bangsa?
Mari mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut dalam diskusi dan peluncuran buku “Indonesia Tidak Hadir di Bumi Manusia” di MAP Corner-Klub MKP UGM pada Selasa, 19 September 2017 pukul 15.00 wib. Diskusi dengan tema “Pramoedya dan Jejak Langkah Indonesia Sebagai Bangsa” ini akan dipantik oleh:
1. Max Lane (Penulis Buku “Indonesia Tidak Hadir di Bumi Manusia” dari Institute of Southeast Asia Studies, Singapore & penerjemah karya-karya Pram ke bahasa Inggris)
2. Soesilo Toer (Adik Pramoedya Ananta Toer & Pengelola Perpustakaan Pataba, Blora)
Mari Merapat dan Mendiskusikan...
Novel Pram adalah sejarah yang difiksikan. Ia mendobrak cara pandang mistis dan tradisional dengan realisme sastra sejarah. Novel-novel tetralogi buru membentuk sebuah cerita epik revolusioner dengan keindahan estetika yang unik, memberi kontribusi intelektual dan politik dengan analisa kelas sosial. Dalam 2.000 lembar novel tetralogi buru, tidak ada satu kata pun yang menyebut “Indonesia”, padahal novel tersebut adalah tentang jejak langkah Indonesia sebagai bangsa. Bagi Max Lane “itu adalah bentuk kejeniusan dari Pram”.
Apakah Indonesia sebagai bangsa hadir dari kesinambungan masa lampau atau justru penolakan terhadap masa lampau? Bagaimana jejak langkah Indonesia sebagai bangsa? Apakah Indonesia merupakan bangsa yang paripurna atau bangsa yang belum selesai? Bagaimana Pramoedya Ananta Toer menggambarkan terbentuknya bangsa Indonesia dalam karya-karyanya? Bagaimana analisis Pram terhadap peran kasta dan kelas dalam pembentukan Indonesia sebagai bangsa?
Mari mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut dalam diskusi dan peluncuran buku “Indonesia Tidak Hadir di Bumi Manusia” di MAP Corner-Klub MKP UGM pada Selasa, 19 September 2017 pukul 15.00 wib. Diskusi dengan tema “Pramoedya dan Jejak Langkah Indonesia Sebagai Bangsa” ini akan dipantik oleh:
1. Max Lane (Penulis Buku “Indonesia Tidak Hadir di Bumi Manusia” dari Institute of Southeast Asia Studies, Singapore & penerjemah karya-karya Pram ke bahasa Inggris)
2. Soesilo Toer (Adik Pramoedya Ananta Toer & Pengelola Perpustakaan Pataba, Blora)
Mari Merapat dan Mendiskusikan...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar