Aku membuka pintu belakang. Aku
kaget. Halaman belakang rumah yang dulu gersang kini telah berubah menjadi
teduh. Beraneka pohon tumbuh di sana, menjulang tinggi dengan buah-buah yang
lebat, siap untuk dipetik. Beberapa tandan pisang raja siang dipanen, buah
nangka siap diambil, buah sirsak bergelantungan, dan yang paling membuatku
terkejut adalah pohon kelapa yang menjulang tinggi dengan buah yang lebat.
Aku ingat, dulu ada tujuh pohon
kelapa yang aku tanam bersama bapak. Kini, tujuh pohon kelapa itu berhasil
bertahan melewati musim hujan dan kemarau. Aku memandang tujuh pohon kelapa
yang berdiri kokoh itu dab dakan hati aku tak henti berdoa, semoga tujuh pohon
kelapa itu mampu mengubah hidup kami: aku, bapak, dan emak.
Seperti buku sebelumnya, Rohmat
Sholihin dalam buku ini juga mengembara dalam belantara peristiwa hidupnya yang
romantis sekaligus tragis dan tak lepas dari persoalan tempat di mana dia
bermukim. Peristiwa-peristiwa yang terjadi tak berbeda jauh dengan yang pernah
saya alami. Oleh karena itu saya sangat asyik membaca kumpulan cerpen ini;
seperti menapaktilasi masa lebih 65 tahun silam: kemelaratan, sinisme, suka-duka
bersama orang sekitar, termasuk di dalamnya isu-isu yang melukai hati, perasaan... pendek kata, membaca karya Mas Rohmat
Sholihin membimbing saya menelusuri lorong masa lalu yang sekarang telah
menjadi sejarah.
Soesilo Toer -
Penulis: ROHMAT SHOLIHIN
Penyunting: SOESILO TOER
Penerbit: KOMUNITAS KALI KENING & PATABA PRESS
Cetakan Pertama: September, 2017
Tebal Buku: xvi + 272 halaman, 14 x 20 cm
ISBN: 978-602-61940-3-9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar